Pagi ini ketika sedang di toilet tiba-tiba muncul ide untuk mendokumentasikan tentang daerah di mana rumah sendiri di bangun, Cipulir. Rumah keluarga di Cipulir tepatnya di Jl. H. Amsar, sudah berdiri sejak tahun 1983. Jadi sudah 31 tahun kami menempati tanah ini. Saya sendiri melihat beberapa perubahan di sekitar rumah saya.

Cipulir memang daerah tempat tinggal orang betawi. Waktu kecil saya ingat orang betawi di sekitar rumah saya punya rumah yang bagus dan terawat. Biasanya mereka mempunyai banyak rumah kontrakan di Cipulir buat disewakan ke pendatang. Sampai sekarangpun rumah-rumah kontrakan tersebut masih ada walaupun dalam kondisi yang menyedihkan. Sudah banyak orang betawi yang menyingkir dari Cipulir karena mereka menjual tanahnya sendiri.

Gang di Jl. H. Amsar

Rumah keluarga saya memang terletak di tengah perkampungan yang padat sejak dulu. Disamping rumah dulu ada pabrik garmen yang akhirnya bangkrut dan saat ini menjadi sebuah apartemen setelah puluhan tahun tanahnya didiamkan. Untungnya di depan rumah saya berbeda dengan rumah lainnya, ada tanah kebun yang masih agak luas selain rumah besar peninggalan aktris film jaman dahulu kala.

Efek tanah kosong di depan rumah, kami masih mendapatkan cahaya matahari dari depan dan samping rumah setiap hari. Dan karena tanah kosong ini dijadikan kebun pisang, masih terdengar suara burung-burung di pagi hari.

CYMERA_20140728_080447 (Medium)
Suasana perkampungan waktu lebaran

Waktu lebaran kemarin senin, saya baru sadar kalau masih banyak orang betawi di sekitar rumah. Semua terlihat keluar rumah dan saling bersalam-salaman antar tetangga. Perkampungan dekat rumah jadi ramai sekali. Saya juga sempat melihat rumah yang berada di depan gang yang dulu terlihat mentereng sekarang terlihat gelap karena pemukiman menjadi lebih padat.

Apartemen Pakubuwono Terrace

Sekarang di sekitar perkampungan rumah kami berdiri apartemen pakubuwono terrace. Kemarin saya mengantar Mpok Ijah – orang betawi asli yang membantu bersih-bersih di rumah – ke kediaman popon di Pakubuwono Terrace untuk diperkenalkan dan membantu bersih-bersih di sana. Sepanjang perjalanan Mpok Ijah cerita banyak soal kondisi kampung di Cipulir jaman dahulu kala. Dan sayapun tersadar untuk memulai mendokumetasikan kampung saya ini. Siapa tahu suatu saat sayapun harus meninggalkan tanah ini.

Ini hanya dokumentasi awal tentang kampung rumah saya sendiri. Akan saya lanjutkan postingan tentang sebuah perkampungan di Jl. Haji Amsar, Cipulir.

By Didut

13 thoughts on “Cipulir dan Betawi Yang Terpinggirkan”
  1. Cerita tentang kehidupan sehari-hari selalu menarik untuk disimak. Postingan episode pertama ini pasti belum ada apa-apanya. Lanjut, Mas Didut! Tak tunggu.
    Saran: Perbanyak foto horizontal, Mas. Biar suasana kanan dan kiri lebih kelihatan. Ehehe 😀

    1. Thanks sur buat masukannya. Tadinya gak ada rencana foto ini buat dijadikan postingan hahahaha~
      Baru tadi pagi aja kepikiran.

  2. You are making me homesick!!! itu bokap di??? jadi inget dulu waktu masih kecil dan suka maen ke rumah lo!

    1. wahahaha~ ya iyalah itu bokap. Apa kabar semua di sana?

      Gw udah motretin rumah lo jadinya sekarang cuma lupa posting, entar yak ^^

    1. Begitulah bli kehidupan di perkotaan terutama di kota besar. Belum liat ada kota yang bisa menjamin kehidupan keduanya. Yang mendekati itu mungkin kota-kota di Jepang.

  3. papa saya org betawi, saya tinggal d ulujami, kebayoran lama…sdh puluhan tahun juga saya tinggal di ulujami, perubahan nya juga banyak bgt….bang didut mnginspirasi saya untuk mulai mendokumentasikan daerah saya tinggal, dulu warga betawi banyak sekali disini tapi tergusur oleh jalan toll, serpong,…mungkin sebentar lagi saya juga kena gusur, terimakasih sdh berbagi cerita ya bang….

  4. Saya kelahiran Cipulir tahun 1974. Bersekolah di SDN Grogol Selatan 09 Pagi di jalan Panjang.
    Pindah ke Bandar Lampung pada tahun 1985.
    Saya ingat ada pabrik Berdikari. Pak Yadir direkturnya.
    Di ujung jalan H Amsar samping kali Pesanggrahan (depan Lemigas) ada pabrik angin dimana menjadi tempat bermain saat masa kecil saya. Suasananya saat malam amat menyeramkan karena minim penerangan.
    Terakhir saya dapat kabar dari teman saya di grup WA klo pabrik angin tersebut sudah diruntuhkan dan dibangun pasar sayur mayur Cipulir.
    Adakah yg memiliki photo ke dua pabrik tersebut?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *