Melanjutkan tulisan mas @didut tentang Advan Vandroid T3X, berikut sekelumit cerita tentang tablet tersebut dari sisi mama saya. Lho kok mama saya? Begini ceritanya…
Dalam rangka merebut hati mama saya, mas pacar ini modusnya luar biasa, salah satunya adalah memberikan.. bisa diulang? Ya.. mem.be.ri.kan.. (dibaca dengan dieja..) tablet Advan Vandroid T3X ke mama saya, karena dia pernah mendengar dari saya bahwa mama memang sedang mencari tablet dengan layar yang cukup besar untuk mengisi waktu luangnya dengan membaca-baca majalah dan mencari berita taru informasi lewat internet setelah pensiun. Dan benar saja, momen pemberian tablet itu adalah sehari setelah mama berpamitan dengan kantornya setelah mengabdi selama kurang lebih 10 tahun dari kantornya.
Tentunya hadiah ini disambut dengan perasaan kaget bercampur gembira pada awalnya, karena seperti seseuatu yang diharapkan sudah lama, dan bahkan mau beli sendiri sebenarnya dalam waktu dekat, tiba-tiba ada yang memberi. Pertanyaan selanjutnya, apakah berguna tablet yang sudah diberikan itu?
Sampai hari ini terhitung memang baru 4 hari sejak diberikan, tetapi mama sudah bisa mencari dan membaca sendiri majalah lewat aplikasi Scoop yang sudah diunduh sebelumnya dan belajar browsing resep-resep masakan lewat aplikasi Google, dengan masih didampingi tentunya. Mama sangat senang karena bisa mencari resep Nasi Liwet Solo yang selama ini dicari, hanya dengan pengetikan di mesin pencari selama beberapa detik saja. Bahkan mama sangat senang ketika diberitahu sekarang ini banyak majalah dan informasi yang online, tidak perlu bayar lagi, sudah tersedia gratis di dunia maya, dan akan lebih membantu apabila memang tahu spesifik informasi yang sedang dicari.

Mama juga belajar untuk mempergunakan kamera di tablet untuk foto-foto, hasilnya lumayan, bisa saya bantu beri efek-efek khusus dengan bantuan aplikasi photo editing instant yang ada. Yang lebih menyenangkan lagi adalah, mama bisa berkomunikasi dengan adik saya yang tinggal di luar negeri melalui fasilitas Skype di tablet ini.
Layarnya besar, jadi bisa melihat dengan lebih jelas, namun sayang kurang didukung oleh stabilitas internet yang kami pakai, sehingga kami hanya bisa video call sebentar dengan adik, sisanya voice call saja, suaranya sangat jernih padahal adik saya tinggal di benua yang berbeda.
Baru tadi siang saya install aplikasi Whatsapp, supaya mama bisa lebih mudah berkomunikasi dengan saya dan adik saya, tidak perlu tergantung jaringan provider telekomunikasi dan terhambat biaya telepon yang mahal ke luar negeri.
Malam ini mama sudah bisa mengoperasikannya, mudah sekali, saya tiba-tiba jadi agak khawatir kalau-kalau mama mengirim pesan saya lewat Whatsapp dari tabletnya hanya untuk menanyakan apakah saya sudah tidur atau belum dari kamarnya, padahal kita tinggal serumah.
Browsing sudah, foto-foto sudah, komunikasi sudah, sekarang saatnya bermain. Mengapa saya ajarkan bermain? Supaya tangannya terbiasa dahulu dengan perangkat elektronik ini, maklumlah ini pertama kalinya mama memiliki perangkat elektronik sentuh, terkadang belajar harus dengan cara yang menyenangkan kan?
Ya tentu tidak semua niat baik disambut baik, reaksi pertama yang saya dapatkan waktu saya bilang mau saya ajarkan bermain Candy Crush adalah “Mama nggak suka main, males belajarnya..” Ternyata dalam waktu 10 menit setelah diinstal dan saya hanya mengajari satu dua gerakan tiba-tiba mama sudah ada di level 5 Candy Crush… Well..
level berikutnya: pakai email atau app gmail hihihihi~
cihuy…modusnya ndak ketulungan ama camer…
semoga camerku besok ndak ingin mobil…
berarti kamu lebih sukses daripada aku Whiz hahahaha~
eh sekarang ada mbak pacar mas didut yg nulis. Salam kenaaal
Salam kenal juga 🙂
Izin nyimak gan??
Ibukku nggak mau aku suruh belajar gini2an. Kalau aku kasih tau foto di iPadku aja, habis lihat foto, dia langsung kasihkan ke aku. Takut mbledos kayaknya hahahha