Third-wave coffee is a movement in coffee marketing emphasizing high quality. Beans are typically sourced from individual farms and are roasted more lightly to bring out their distinctive flavors. ~ Wikipedia

Buat saya yang lahir dan besar di Jakarta Selatan, budaya kedai kopi dengan arus third wave coffee tentu saja menjadi keseharian walaupun saya baru mengenal kedai kopi di medio tahun 2000-an dan waktu itu saya malah belum tinggal di Jakarta kembali. Saya bukan penikmat kopi yang ahli pastinya, saya menyesap kopi hanya untuk mendapatkan mood untuk memulai hari ataupun ketika saya sedang ngantuk-ngantuknya.

Tetapi harus saya akui, lidah saya cukup picky untuk bisa menerima rasa cappuccino, (mungkin) satu-satunya menu kopi yang paling sering saya sesap. Ketika saya pindah hunian di Jakarta Timur, kesempatan untuk menikmati kopi-kopi yang saya anggap enak itu hanya terjadi di hari-hari ketika saya berkantor yang kebetulan memang di Jakarta Selatan. Di Jakarta Timur hingga beberapa tahun lalu bahkan belum ada kedai kopi yang kekinian.

Tetapi dua sampai tiga tahun lalu trend kedai kopi kekinian dengan aneka jenis kopi itu akhirnya menyentuh Jakarta Timur juga. Dimulai dengan kedai-kedai kopi ala es kopi susu seperti Janji Jiwa dan kawan-kawannya dan akhirnya kedai kopi ala third wave coffee itu dimulai juga. Kedai kopi seperti Kaneki, Kyo Coffee dan Coverage Coffee & Eatery mulai menjamur di sini.


Saya tidak bisa membayangkan beberapa tahun lalu hanya dengan berjalan kaki sekitar 10 – 15 menit dari rumah sudah bisa menikmati cappuccino yang enak di pagi hari –sambil belum mandi *nyengir*– untuk membuat mood enak di hari itu. Menjadi tamu pertama di sebuah kedai kopi yang suasananya hommie sekali plus melihat sang barista bekerja membuat secangkir cappuccino untuk kita sungguhlah bisa membuat mood di hari itu dimuali dari sesuatu yang menyenangkan.

 

By Didut

3 thoughts on “Menyesap Kopi Di Jakarta Timur”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *