Ini merupakan cerita di hari ke 3 dari perjalanan saya bulan lalu bersama 2 teman saya. Cerita hari sebelumnya bisa dilihat:

Pagi hari kami sampai di Osaka tepat waktu. Bahkan ketika menggunakan bis di Jepang, semua sampai dengan tepat waktu. Jarang sekali miss dari waktu yang sudah tertera pada tiket atau jadwal. Dari perjalanan yang kami rasakan (karena tidak bisa melihat keluar bis sewaktu perjalanan malam) memang sama sekali tidak ada macet. Sangat terasa efek sistem transportasi kereta yang sangat masif di Jepang.

Sebetulnya dihari ini kami harus ke Kyoto, tetapi karena tidak mendapat jadwal bis yang langsung ke Kyoto saya putuskan untuk menuju Kyoto melalui Osaka. Saya cek, Osaka – Kyoto tidak jauh menggunakan kereta. Mungkin kalau dianalogikan jaraknya seperti 3/4nya Jakarta – Bogor.

Kami langsung menuju Stasiun Osaka dan naik kereta menuju Kyoto. Harga tiketnya 540 yen dan kami menghabiskan waktu sekitar 40 menit menuju Kyoto. Sampai di Kyoto kami langsung mencari hostel yang sudah kami pesan. Saya sengaja memesan hostel dekat stasiun supaya lebih mudah untuk bergerak kemana saja.


Sesampainya di Piece Hostel saya terkesima dengan kualitas hostelnya. Buat standar saya sih ini sudah diatas atau sama dengan hotel bintang 3 kalau di Indonesia. Setelah postingan ini akan saya buat review detilnya tentang Piece Hostel. Kami menghabiskan 2300 yen permalam untuk menginap di hostel ini.


Setelah mandi dan menitipkan barang saya langsung mengambil peta dan mengamati peta besar yang tertempel di dinding hotel. Karena lanskap Kyoto yang landai maka sangat nyaman untuk mengitari Kyoto dengan sepeda. Sepeda bisa dipinjam dari hotel hanya dengan biaya 500 yen.


Bersepeda di Kyoto sangatlah nyaman. Sepeda mempunyai jalurnya sendiri bergabung dengan pejalan kaki di trotoar yang cukup lebar dan biasanya mempunyai jalurnya snediri. Kebanyakan sepeda yang digunakan adalah sepeda model cruiser yang biasa digunakan oleh keluarga atau untuk kebutuhan wisata.

Higashi Honganji


Karena Kyoto adalah kota kuil maka Higashi Honganji yangmerupakan kuil terdekat menjadi sasaran kami. Kuil ini sangat megah dengan bahan utama bangunan kayu yang berukuran besar. Kalau saya boleh bilang sekitar 80% lebih dari bangunan ini memang terbuat dari kayu.


Beberapa bangunan di kuil ini sedang mengalami renovasi. Dan uniknya renovasi di Jepang, bangunan di”masukkan” kedalam hanggar dan renovasi dilakukan didalam hanggar tersebut. Satu lagi sistem pekerjaan renovasi bangunan lama yang sangat baik dan detil sudah terlihat dari pengerjaan hanggar ini saja.

Kyoto Internasional Manga Museum

Setelah puas berkekeliling dan terkesima dengan kuil Higashi Honganji, kami lanjutkan untuk menuju Kyoto International Manga Museum. Sebagai penggemar komik dari kecil saya tidak mungkin melewatkan kesempatan ini. Letak museum ini cukup jauh dari Higashi Honganji. Sekitar 20 – 30 menit menggunakan sepeda.


Tiket masuk museum 800 yen. Museum ini menyimpan sejarah komik di Jepang walau tidak semua ribuan koleksi komik mereka tampilkan. Melihat museum ini saya bisa melihat bagaimana orang jepang sangat menghargai sejarah yang mereka miliki walau dari sebuah komik.

Untuk orang-orang yang mungkin saja sedang melakukan riset tentang komik, tempat ini bisa menjadi salah 1 rujukan. Fasilitas museum ini terdiri dari ribuan komik yang bisa dibaca bebas di dalam museum termasuk beberapa koleksi komik berbahasa inggris, toko souvenir dan kantin di depan museum untuk melepas lelah setelah berjalan-jalan di dalam museum.

Kyoto Palace

Setelah menikmati secangkir kopi di depan museum, kami melanjutkan perjalanan menuju Kyoto Palace. Karena sudah terbiasa berjalan kaki, menaiki sepeda selama beberapa jam mengelilingi kota bukan menjadi sesuatu yang sulit. Istana ini terletak di bagian yang cukup jauh di Kyoto. Terletak cukup ujung di kota ini. Kami memang tidak menyiapkan dengan matang untuk mengunjungi istana kyoto sehingga ketika sampai jam berkunjung telah berakhir dan kami kecapekan berjalan dari lokasi parkir sepeda yang cukup jauh dari pintu gerbang masuk.


Tetapi buat saya melihat taman dari istana ini saja sudah bisa membuat saya terkesima kembali. Tamannya sangatlah luas. Saya belum pernah melihat luas taman semasif ini selama di Indonesia. Bahkan kalau saya membandingkan dengan kraton di Yogyakarta tampaknya belum ada apa-apanya dibandingkan dengan luasnya taman di Istana Kyoto. SUngguh gak rugi masuk halaman Istana Kyoto ini hihihi~

Gion

Jam sudah menunjukkan jam 4 – setengah 5 sore ketika kami sampai di gerbang depan Istana Kyoto. Saatnya kembali ke hostel. Kami memilih rute kembali yang berbeda dengan rute berangkat untuk melewati Gion – 1 distrik yang terkenal dengan geishanya. Ketika melihat peta saya menyadari kalau Gion mudah ditemukan hanya dengan melewati jalan yang berdampingan dengan Sungai Kamo yang membelah Kyoto.


Ternyata di sisi sungai yang membelah Kyoto ini bisa dilewati oleh sepeda. Tidak menunggu lama bagi kami untuk langsung menyusuri sisi sungai. Wah bersepeda melewati sungai yang cukup bersih ini sungguh suatu kemewahan bagi orang yang tinggal di Jakarta.


Walau cukup jauh menyusuri Sungai Kamo tapi tidak terasa lelah karena pemandangan di sepanjang sungai ini. Sekitar jam 5 kami sudah sampai di dekat Gion. Karena hari masih terang kami putuskan untuk melihat sebuah kuil yang tidak jauh dari Gion.


Mendekati jam 6 kami masuk ke Distrik Gion dan memang cukup beruntung. Arief saja yang mengendap-endap sampai malam cuma dapat foto geisha yang blur, kami jalan-jalan santai sore hari langsung dapat foto geisha dengan sangat jelas karena berpapasan jalan hahaha~

Kyoto Tower

Dalam perjalanan pulang ke hostel ternyata kami melewati Kyoto Tower. Pitra dan Ipi usul untuk naik ke tower dan saya ikut saja. Ternyata di Jepang saya dengar ada gerakan untuk membangun tower di banyak kota di Jepang. Tower-tower ini menurut saya lokasi wisata yang murah dan menarik bagi wisatawan yang datang ke kota.


Harga tiket 770 yen untuk bisa menaiki tower. Dari atas kami bisa melihat keseluruhan Kyoto termasuk pegunungan Arashimaya dan Higashimaya.

Menikmati tower setinggi 231 meter ini menjadi penutup kegiatan jalan-jalan kami di Kyoto sebelum beristirahat dan terlelap di hostel.

Travel Tips

1. Untuk menikmati Kyoto kamu memerlukan waktu 2 hari. Bertanyalah secara detil di hotel kamu tentang program wisata yang Kyoto punya. Untuk yang naik bis kelihatannya ada bus pass, dimana kamu bisa mengelilingi kota dengan 1 kali membayar. Kota-kota yang terkenal dengan wisatanya seperti Kyoto biasanya punya.
2. Paling enak mengelilingi Kyoto dengan sepeda. Ambil peta dan pelajari secara seksama kontur Kyoto sebelum mengelilingi kota. Biasanya di hostel ada peta yang bisa diambil secara gratis.

Courtesy:
1. Foto-foto dari kamera dan iPhone Pitra.

By Didut

13 thoughts on “[Travelogue] Landainya Kyoto”
  1. […] Selesai dengan museum Antonio Blanco kami berjalan menelusuri bukit cinta. Jalanan setapak menanjak ini bisa ditelusuri selama 1,5 jam bolak-balik. Jangan lupa membawa dompet ya karena di ujung jalan setapak kamu bisa menemukan kafe yang bisa menghapuskan dahaga kamu karena teriknya matahari. Sorenya kamu bisa menelusuri Pasar Ubud dan jalan suweta yang menjadi salah satu jalan utama di Ubud di mana tempat bersantai tersebar di mana-mana. Jalan Suweta ini mengingatkan saya akan ramainya pejalan kaki ketika menjelajah Kyoto. […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *