Fatima, Portugal

Hari kedua di Eropa dimulai dengan breakfast di hotel. Tidak seperti breakfast pada umumnya dimana yang kita makan hanya menu yang disediakan hotel, tapi kali ini tour leader kita siap dengan rice cooker berikut nasi yang sudah matang dan teri medan yang dibawa dari Jakarta, sungguh persiapan yang luar biasa mengingat sebagian perut melayu agak susah kalo belum makan nasi. Bahkan ada rombongan tour dari Singapore sebelah kita yang juga makan di ruangan yang sama sampe iri banget sama kita yang bawa nasi, kita tawarin tapi kayaknya mereka gengsi, ya udah sih. Makanan yang disediain hotel sih standard eropa banget, bread, scrambled egg sama bacon, dan saya pun tidak lupa mengeluarkan sambel dan saos tomat  sachetan yang saya bawa dari tanah air sebagai pelengkap makan.

Check out dari hotel masih jam 10.30 am, mau ngapain nih abis breakfast? Saya dan dua ibu-ibu narsis yang ikut rombongan memutuskan mau

carrefour

Foto-foto di sekitar hotel dan ke carrefour, yep ke carrefour yang letaknya hanya beberapa blok dari tempat kami menginap. Bahkan salah satu dari ibu-ibu narsis ini udah memborong 3 pasang sepatu untuk suaminya yang katanya harganya hanya 6 euro sepasang. Iya sih murah, tapi ini kan baru mulai perjalanan, apa nggak overweight ya nantinya?

Pukul 10 kurang 10, ternyata sudah ada sekitar 15 – 20 orang antri di depan Carrefour itu yang buka-nya jam 10 teng. Dan di luar dugaan saya, begitu pintu carrefour dibuka, semua yang udah antri dengan trolly, masuk ke carrefour dengan tergesa-gesa, seperti kuis Supermarket Sweep jaman dulu. Ternyata hari itu ada promo, barang kedua yang dibeli diskon 50 persen. Oh… Nggak segitunya kali..

fatima - out of nowhere

Perjalanan dilanjutkan menuju Fatima, Portugal, dimana Bunda Maria pernah menampakkan diri sebanyak 6 kali pada tahun 1917. Ini adalah perjalanan antar negara, jadi jauh banget, kita makan siang dulu di sebuah Chinese restaurant di daerah Salamanca sebelum melanjutkan perjalanan. Diantara Spanyol dan Portugal, kita sempat berhenti dulu sebuah pom bensin yang ada minimarket dan restaurantnya untuk istirahat sejenak, karena memang udah peraturan di sana kalo setiap 2 jam, bis wajib berhenti untuk keperluan ke kamar kecil atau sekedar ngopi di kedai kopi yang campur minimarket sebelum melanjutkan perjalanan. Pom bensin kali ini letaknya kayak in the middle of nowhere, sejauh mata memandang nggak ada bangunan lain selain minimarket ini, sebuah minibus dan 3 cowok ganteng bertatoo yang lagi minum bir sambil ngaso. Begitu saya masuk ke toilet wanitanya, ada sebuah mesin portable yang tadinya saya sangka mesin pembalut portable, tapi ternyata itu mesin kondom portable.. oooppss..

Kontur geografis Portugal memang berbeda dengan dengan Spanyol yang landai, Portugal penuh dengan tebing-tebing curam dan hutan-hutan yang masih belum terjamah. Saya langsung kebayang alam Timor Leste yang mungkin kurang lebih sama dan tentara Fretilin serta lepasnya Timor Leste dari NKRI. Duh.. berat amat ngebayanginnya.

fatima-walkingonknees

Sekitar jam 5 sore, kita tiba di Fatima, di sana bus-bus turis sudah penuh sesak, tour leader kami pun sudah mewanti-wanti agar jangan sampai ada yang terpisah karena ini bulan dan minggu sibuk di tempat ini. Dasar enggak pernah ngikutin kalender liturgi, saya sampai nggak tahu kalo hari itu bertepatan dengan malam Pesta Penampakan Bunda Maria di Fatima, yaeyalah kalo begitu ceritanya. Banyak sekali dibangun tenda-tenda temporer di sana-sini, semua orang latin dari berbagai penjuru, atribut bendera yang mereka bawa membantu saya mengenali bahwa sebagian besar pengunjung tempat ini berasal dari Brasil, Argentina, Spanyol dan dari Portugal sendiri. Sebagian besar adalah peserta tour ziarah dari negara mereka masing-masing. Ada pula beberapa orang yang jalan dengan berlutut untuk sebuah kaul, konon bila mereka bisa menyelesaikan jalan dengan berlutut itu, maka doa mereka akan tercapai.

Portugal berbahasa Portugis, sama sekali berbeda dengan bahasa Spanyol. Terima kasih dalam bahasa Spanyol adalah Gracias, sementara dalam bahasa Portugis adalah Obrigado. Tapi ya hanya itu yang saya tahu, selanjutnya saya tidak tahu lagi apakah sebagian besar berbahasa Portugis atau Spanyol di tempat itu. Brasil adalah satu-satunya negara Latin yang berbahasa Portugis di Amerika Latin.

Di Fatima, juga dijual replika anggota tubuh dalam bentuk lilin yang nanti diletakkan di suatu tempat agar didoakan oleh para romonya. Untuk membakar lilin, di sini cara membakar lilinnya pun berbeda dengan di tempat lain yang hanya dinyalakan dan di tempat-tempat pembakaran lilin. Di sini, lilin benar-benar dibakar, maksudnya kita beli berbatang-batang lilin untuk selanjutnya dilemparkan ke api pembakaran, tidak untuk dinyalakan. Lilinnya pun bervariasi, dari yang normal sampai yang mengular saking panjangnya. Biasanya orang membeli 2 jenis lilin, untuk pembakaran dan untuk dipakai pada saat prosesi lilin.

fatima - evening

Prosesi lilin dimulai pukul 9 malam, lapangan yang tadinya agak lowong sekarang penuh sesak oleh orang yang akan mengikuti prosesi, dan sangat mengharukan melihat jutaan orang yang hadir menyanyikan Ave Maria bersama-sama sambil mengangkat lilin yang dibawa, sungguh pengalaman iman yang tak terjelaskan, betapa luar biasanya perasaan saat itu. Setelah doa rosario selesai sekitar pukul 11 malam, dilanjutkan dengan misa, tapi harus kembali ke bis untuk menuju hotel karena jadwal yang juga padat keesokan harinya.

3 thoughts on “Europe Pilgrim Tour (part 3)  ”
  1. Nyahahahah ternyata gak orang kita aja yak yang norak. Orang sono juga kamse sampe antre2 gitu padahal gak segitunya ibu ibuuuu :))
    Btw melihat postingan ini kok aku jadi iri dengki tamak dan loba yaa? :))

  2. Aku kaget yang nulis ini ternyata bukan didut. =)))

    Soal sarapan, aku gak pernah komplain dengan sarapan ala Eropa karena pada dasarnya suka roti-rotian. Tapi kalau travel bareng orang tua (selain mamaku), mereka suka komplain kangen nasi, masakannya tawar, dll. Orang Indonesia lidahnya emang sensitif sementara di Eropa sana rasanya pada anyep. 😀

  3. Waaah aku kalo sdg traveling, malah penasaran Ama makanan hotel nya :D. Seumur2 ga pernah mau bawa ricecooker, abon ato apalah dr indonesia :D. Justru masakan lokal LBH menggoda mba :D.

    Seruuu ih perjalanannya . Sekalian melakukan ibadah juga yaaaa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *