Saya tidak asing dengan istilah relawan atau volunteer. Sejak menginjak bangku kuliah saya sudah terbiasa dengan kegiatan relawan. Saya mengawalinya dari AIESEC. Walaupun AIESEC menyebutnya anggota tetapi saya merasa dari sanalah bibit kerelawanan saya dipupuk karena sebagai anggota kami bekerja tanpa dibayar.
Dari AIESEC saya melanjutkan karir kerelawanan saya melalui BINTARI, sebuah LSM Lingkungan yang ada di Semarang. Saya pikir setelah berhenti dari BINTARI, saya akan stop dari dunia relawan. Ternyata tidak. Gemas dengan perkembangan dunia digital di Semarang, beberapa tahun yang lalu saya dan beberapa teman membuat RoTIFreSh.
Mengumpulkan 50 – 100 orang setiap bulan membahas perkembangan dunia digital ternyata bukan pekerjaan yang berat walau tanpa dibayar. Rasanya menyenangkan melihat ada perubahan di Semarang walau dari lingkaran pertemanan sendiri dari kegiatan yang kami lakukan. RoTIFReSh berjalan selama 3 tahun dan akhirnya berhenti karena prioritas yang berubah dari masing-masing penggeraknya.
Selama menjalankan RoTIFreSh saya juga sempat mendirikan Akber Semarang bersama Yuki. Akber Semarang sekarang berkembang sedemikian besar dan terus aktif, jauh dari apa yang saya dan Yuki bisa bayangkan pada jaman itu.
Waktu saya pindah ke Jakarta, saya berpikir “ah sepertinya waktu yang tepat untuk fokus dengan pengembangan diri saja dan menjauh dari dunia relawan.” Ternyata ada sesuatu yang memanggil saya untuk kembali aktif menjadi relawan walaupun hanya bisa di belakang layar untuk Akademi Berbagi.
Beberapa minggu yang lalu Jakarta Biennale menghubungi saya untuk menjadi relawan digital mereka. Menyebarluaskan informasi dan kegiatan Jakarta Biennale lewat semua kanal social media yang saya punya terutama blog. Saya tidak berpikir lama untuk menyanggupi ajakan ini.
Kalau bekerjasama dengan brand tentunya sudah sering saya lakukan. Tetapi diminta menjadi relawan digital baru pertamakali saya terima walaupun sebelumnya tentu saja sudah pernah saya lakukan lewat kegiatan kerelawanan yang saya ikuti.
Saya merasa cukup penting untuk menyebarkan informasi tentang Jakarta Biennale ini karena walaupun saya lahir dan besar di Jakarta saya belum pernah mendengarnya. Mudah-mudahan kontribusi saya berdampak positif untuk kegiatan yang diselenggarakan setiap dua tahun ini.
Selamat menikmati sisa akhir pekanmu kawan!
Catatan: foto header dari digitalleader.com
Pengalaman jadi relawan digital waktu pilpres: selesai pilpres putus hubungan :))