Jum’at malam kemarin berangkat sekitar jam 12 malam. Sengaja berangkat malam karena menemani teman-teman loenpia kopdar di rumah dulu sebelum berangkat ke Surabaya.
Tadinya saya hanya ingin menghadiri pernikahan seorang sahabat lama yang sudah 14 tahun tidak pernah bertemu dan sekitar 2 bulan yang lalu bertemu lagi melalui facebook. Tetapi kelihatannya perut saya memang selalu berjodoh dengan yang namanya Festival Jajanan Bango (FJB). Melalui YM, Jie & Fahmi mengabari kalau hari sabtu siang itu ternyata FJB diselenggarakan di Surabaya, langsung saja saya kebut untuk ambil kereta malam sehingga paginya bisa langsung ke FJB (cerita soal FJB di blog yg lain saja yah hihihi~).
Kereta Ekonomi
Dari pasar Jatingaleh, langsung booking ojek sampai stasiun poncol. Kerusakan 20.000 saja, daripada nunggu angkot gak jelas jam 12 malam jadi mending nyarter ojeg. Lebih murah daripada taksi jelasnya.
Sampai di stasiun langsung ke loket. Dapat tiket ekonomi seharga 27.000 perak. Walah murahnya!
Sekilas stasiun poncol (yang memang untuk kereta ekonomi), sekarang lebih rapi karena direnovasi. Loketnyapun kelihatan rapi. O iya, satu tips lagi, walau loketnya tertutup, diketok aja buat beli tiket walau itu tengah malam.
Akhirnya kereta datang sekitar jam 01.30 terusan dari Jakarta, lumayan tepat waktu untuk kereta ekonomi. Tantangan pertama langsung terlihat ketika memasuki gerbong kereta. Badan-badan manusia berseliweran di lantai gerbong dan menghabisi ruang lantai tanpa sisa. Tempat dudukpun begitu. Tidak bisa membayangkan bagaimana bentuk didalam kereta ketika musim lebaran tiba.
Akhirnya ketemu juga gerbong yang masih menyisakan ruangan di lantai untuk sekedar menaruh pantat. Koran yang sudah saya bawa dari rumahpun akhirnya berfungsi juga.
Beberapa hal yang saya kagumi dari penumpang kereta ekonomi:
1. Mereka itu cueknya luar biasa, walau penjual lalu lalang setiap 1 menit tapi tetep aja merem beiybeh. 😛
2. Penjualnya juga cermatnya luar biasa dalam mencari jalan. Padahal didalam gerbong, alur jalan sudah tertutup badan manusia tapi kok ya bisa aja jalan dengan santainya bolak balik.
3. Ruang kosong itu sangat berharga, sekecil apapun asal bisa naruh pantat pasti bakalan diembat. Sempet nyobain berdiri hanya untuk meregangkan badan. Masih heran dengan penumpang yang bisa tidur sambil berdiri *geleng-geleng*
Sampai di Cepu akhirnya bisa duduk juga dan tidur pulas sampai Surabaya. Lumayan bisa nyenyak sekitar 2 atau 3 jam.
Sampai di Surabaya sekitar jam 8 tepat dan Fahmi sudah menjemput di stasiun. Bersambung………
Bisa tidur 3 jam ? Luar biasa.. haha.. pasti saking ngantuknya tuh.
Aku pernah dari Bandung ke Sby, perjalanan 16 jam. Tidurnya kurang dr 1 jam 😀
eh bagian yang ada blogger kalimantan itu bakal ada di cerita ga ya?
*kabur numpak jet*
om didut…? emang jodohnya roti…eh BANGO…hahahahah
mungkin kita harus belajar dari penjual-penjual itu..
biar bisa pinteran dikit nyari celah dalam sempit..
*ngakak*
Udah gak pernah naek kereta ekonomi lagi for yearsssss … :p
pasti banyak yang deketan sama kamu ya dut *serasa deket spring bed..heheheh
[…] Lanjutan dari [travelogue] Surabaya Part 1 […]
????????????? ?????????, ? ???????? ?? ??? ?? ????.
[…] Lanjutan dari [travelogue] Surabaya Part 1 […]