Entah kenapa tidak tahan kalau tidak posting tentang hal ini. Cerita soal antrean ini adalah salah satu sisa dari perjalanan ke Makassar senin lalu.
Jadi ceritanya saya mendapatkan jadwal pesawat jam 05:55 pagi. Penerbangan pertama ke Makassar. Karena saya memperkirakan bandara akan penuh dan bawaan saya lumayan banyak, saya berangkat dari rumah jam setengah 4 pagi. Harapan saya jam 4 sampai sehingga masih punya waktu 2 jam untuk check-in dan boarding.
Dan memang saya jadi punya banyak waktu untuk check-in. Terminal 1C Soeta memang ramai sekali bak pasar untuk penerbangan pertama. Kebanyakan ke Indonesia bagian timur. Saya dengan sabar mengantre karena biasanya yang ke Indonesia bagian timur entah kenapa kebanyakan membawa banyak barang sehingga proses check-in memakan waktu agak lama atau lama sekali hahahaha~
Dan tiba-tiba ada pasangan suami istri yang sudah lumayan sepuh tiba-tiba menyerobot antrean check-in saya tanpa permisi. Mau saya tegur tapi rasanya kasihan juga karena mereka berdua sudah cukup berumur. Ya saya sabar saja menghadapi beliau berdua. Saya orangnya memang tidak suka menghadapi konfrontasi. Ini kadang jadi kelebihan, seringnya jadi kekurangan hahaha~
Selesai check-in saya masih punya waktu 1 jam lebih dikit untuk boarding. Saya minum kopi dan sarapan dulu sembari menunggu jam boarding. Kursi tunggu sebelum pintu gerbang boarding memang cukup nyaman. Liat aja foto keisengan saya di atas.
Sembari sarapan ternyata tiba-tiba antrean di gerbang boarding meluap panjang sekali. Karena saya punya waktu ekstra lumayan panjang jadi ya santai aja. Saya perkirakan dengan antrian sepanjang itu hanya butuh 20 – 30 menit untuk melewati gerbang boarding.
Dan benar, ketika saya mulai masuk jalur antre, saya hanya butuh sekitar 20 menit buat mencapai mesin pemindai barang. Dan ada yang nyerobot antrean lagi dong. Kelihatannya mereka terburu-buru karena panggilan terakhir boarding. Kali ini yang menyerobot 2 anak muda (yang kelihatannya pekerja) ini, tidak mengucap permisi atau minta maaf karena menyerobot antrian karena panggilan terakhir.
Mereka cuek aja menyerobot sambil ngobrol berduaan. Yang bete berat antrean di belakang saya hahahaha~ Saya juga bete sih tapi gak berat. Antrean di belakang saya persis udah mulai ngomel-ngomel karena antrean panjang sekali.
Saya jadi bertanya-tanya apakah budaya antre memang sudah luntur di masyarakat kita? Sebetulnya kalau mendesak dan harus menyerobot antrean, tinggal mengucapkan permohonan maaf pun akan bisa diterima. Tetapi budaya santun seperti inipun kelihatannya sudah luntur. Saya dalam 1 jam melihat hal ini dari 2 generasi yang umurnya berbeda jauh melakukan hal yang sama.
Ada yang merasakan hal sama gak di sekitarmu?
Saya menulis ini karena terngiang-nging terus di pikiran dan ketemu lagi dengan orang yang menyerobot antrean ini kembali ketika pulang di Bandara Hasanudin hahaha~
Catatan:
1. Gambar feature diambil dari blog Eko Marwanto.
Bukan cuman budaya antri sih mas, budaya ontime pun sudah berlahan pudar setelah negara api menyerang 🙂
Hahahaha memang kelihatannya begitu.
Jadi kasihan sama generasi yang baru, lebih pintar tapi rasa santunnya banyak yang hilang.
Ini seringkali ngalamin. Kadang aku tegor, krn aku anaknya meletup-letup. Tapi pernah juga aku ngga tau ternyata nyerobot antrean. Kukira antrenya dr ujung sini ternyata ujung sono, trus aku ditegor. Maluuuuu… jd kukira, ditegor itu perlu, setidaknya biar mereka malu dan ngga ngulangin lagi, dimanapun.
Dan tidak banyak memang yang suka atau berani menegur seperti ini. Lanjoetkan! ^^
Ya gitu deh. Cuma sekedar tap out di komuter aja nyerobot loh. Padahal nunggunya ga lama. Biasanya kalau kaya gitu, langsung aku colek, “mas/mbak, antre”.
Kzl :))
AKu udah mau bilang tapi gak keluar, hanya jadi niat hahahaha~
hehe … sering banget kalo diserobot antrian sih, palagi di In**domaret, dan pernah juga di salah satu mall terbesar dan terlama yaitu M**atahari mall, dan parahnya yg nyerobot malah dilayani bukannya disuruh antri ama kasirnya. Alhasil, aku komplen ke korporatnya sekalian, dan katanya sih sudah ditegur si kasir sialan itu … hehehe …
yang aku bingung kenapa kamu sampai komplen ke korporatnya yud?
membingungkan hahahahaha~
Karena Yudi sudah komen jadi aku juga komen deh..
Udah pernah (bahkan sering) memarahi orang yang menyerobot antrean. Kesal sama orang2 kayak begitu
Kamu kok mesra sama Yudi sih Daeng? #DYAR
Salam kenal Mas Didut. Semoga bukan luntur Mas, semoga dua kasus yang menimpa njenengan itu hanya pencilan yang tidak bisa dimasukkan dalam sampel populasi. Hehehe. Kalau saya biasanya sudah langsung colek dan ingatkan mereka Mas. Yang paling bikin geleng kepala bukan diselaknya sih, tapi ucapan maaf atau permisi minta ijinnya kok bisa tidak ada sama sekali ya Mas.
Itu dia yang aku juga bingung.
Sebetulnya kalau buat yang muda itu, dia permisi dan minta selak antreanpun karena hal yang mendesak nih gpp juga.
Budaya santunnya ini yang juga mulai hilang.
karena baru buka, dan aku komen bukan karena hyude dan daeng ipul sudah komen sebelumnya. ituh
kalau antre pakai nomor antrean dan nunggu panggilan bakal lebih rapi, ketimbang antre berdiri berderet mengular. kemungkinan diserobot minim.
Budaya antre ini memang cukup meresahkan, cek aja di halte busway. Parah 😐
Padahal ya mereka orang terpelajar, tapi untuk mengantre ini memang ga butuh pendidikan tinggi sih. Cukup kesadaran diri dan hati nurani. #tsah
Aku pernah diajarin kalau antrian kita diserobot, rebut antriannya kembali! Itu namanya asertif, dan psychologically itu lebih sehat daripada nrimo.
Budaya antrian hilang karena para pengantre lebih permisif terhadap para penyerobot.
hahaha~ kapan-kapan aku praktekin vick yak coba
Tapi banyak juga kok ad3k2 remaja yg sudah berbudaya ngantri …
kalo aku masih ngantri isi hati yg terus kosong
HEH JANGAN CURHAT !
-_____-