Sore ini hujan deras mengguyur Jakarta tetapi keriuhan hujan di luar kedai kopi ini tidak terdengar oleh telingaku. Air yang turun bagai air bah dari langit tidak bisa mengganggu konsentrasi dari layar kaca 5.5 inchi di depanku.
Ruang imajinasiku sedang sangat fokus dengan strategi dan permainan Football Manager yang sedang aku mainkan. Pemain-pemain Football Managerku sedang berjuang untuk menjungkalkan Manchester City, sang raksasa Liga Inggris yang sedang mendominasi dengan pemain-pemain harga tinggi dan sangat skillful. Permainan high press dan counter attack cepat yang aku terapkan sedang membuat pemain Manchester City putus asa karena sudah kebobolan 2 gol walaupun mereka menguasai penguasaan bola.
“ARGHHHH kenapa tiba-tiba hang?” aku sangat membenci permainan yang tiba-tiba terputus di tengah jalan yang bukan karena keinginanku. Makanya aku membiasakan diri untuk meluangkan waktu satu sampai dua jam dan tidak ingin diganggu oleh siapapun.
“Coba kau menggunakan kemampuanku pasti tidak akan terputus di tengah jalan seperti ini” tiba-tiba aku baru sadar ada sosok lain di sebelah kursi yang aku duduki kali ini. Aku meliriknya dan ternyata dia Zenfone Max M2.
“Kenapa? Kau tidak yakin dengan kemampuanku menghandle permainan seperti Football Manager seperti itu?” tanya Zenfone Max M2 lagi.
DEG! Dia sepertinya tahu kalau aku tidak memperhatikan kemunculannya karena berita-berita tentang kemunculan saudara tuanya Zenfone Max Pro M2 memang lebih menarik perhatianku sebagai seorang gamer.
“Ah kau kan muncul bersamaan Zenfone Max Pro M2 sehingga aku lebih memperhatikan berita-beritanya” aku berusaha mengelak.
“Jangan suka ngeles deh, berita tentang aku juga muncul karena kami diluncurkan bersamaan” serangnya lagi.
Sial, dia tahu kalau aku memang missed untuk memperhatikan kemunculannya di akhir tahun lalu.
“Oke-oke, aku ngaku kalau memang tidak perhatian dengan kehadiranmu. Tapi kamukan memang bukan device yang dikhususkan untuk gaming?” elakku lagi.
“Jadi kamu merasa dengan RAM 4GB masih kurang untuk menjadi sebuah device gaming?” serang Zenfone Max M2 lagi.
“Ya sebetulnya RAM sebesar itu sudah lebih dari mampu untuk memainkan game di smartphone” akhirnya aku menyerah dengan cercaran pertanyaannya.
“Jadi apa impresi pertamamu setelah melihatku langsung?” pertanyaan susulan datang.
“Yang pasti sih layarmu cukup lebar untuk seorang gamer,” jawabku sambil melirik device yang sedang aku bawa dengan ukuran layar lebih kecil.
“Hanya cukup? Kalau kamu bilang ‘hanya’ untuk display 6.3 inci ditambah resolusi 1520×720 dan memiliki aspek rasio 19:9, entah device seperti apa yang bisa memuaskanmu,” entah kenapa cecarannya yang tidak berhenti ini membuatku lebih tertarik dengannya di sore ini.
“Iya sih, pastinya daya pacumu juga lebih kencang saat ini dengan Qualcomm Snapdragon 632 yang membuatmu menghabiskan daya lebih sedikit dan juga membuatmu tidak cepat panas jika dibandingkan dengan device sebelumnya. Apalagi aku dengar Qualcomm Snapdragon 632 membuat daya kerjamu lebih efektif 40% dibandingkan jika menggunakan Qualcomm Snapdragon 626. Kau pasti tahu aku menyukai device dengan sematan Qualcomm Snapdragon karena aku pernah menuliskannya beberapa kali ” ujarku tanpa henti untuk membuatnya percaya dengan perkataanku.
“Jadi menurutmu baterai sebesar 4.000mAh dengan sistem operasi Android Oreo 8.0 itu tidak memanjakanmu dalam memainkan permainan yang kamu senangi?”
“Ya pasti puas dong, apalagi kamu datang dengan harga yang bisa dikatakan murah jika dibandingkan dengan product value yang didapatkan. Dan pastinya aku tidak akan menggunakanmu hanya untuk memainkan game saja tapi untuk menunjang keseharianku dalam beraktivitas,” aku mulai memuji performa Zenfone Max M2 untuk membuatnya senang.
“Jadi value apalagi yang membuatmu akan memilihku dan menggantikan device utamamu” serangnya lagi.
Aku tidak perlu berpikir lama untuk menjawab pertanyaan Zenfone Max M2 ini, “untukku sih penampakan luarmu kelihatan premium dengan pinggiran metal nan ramping yang hanya setebal 7.7mm membuatku lebih pede untuk membawamu kemanapun aku pergi”
“Apalagi kau datang dengan sistem dual-camera sebesar 13MP dan F1.8 wide-aperture lens yang pastinya bisa membuatku bisa menangkap image dengan lebih jernih dan detil,” aku mendahului Zenfone Max M2 sebelum pertanyaan-pertanyaannya muncul lagi dan memang aku menyukai untuk mengambil foto-foto kuliner sebagai food blogger.
***
Akhirnya sore itu kami menghabiskan cukup waktu untuk mengobrol tentang Football Manager, sebuah permainan yang aku sukai sejak masa sekolah dulu.
“Aku baru tahu kalau Football Manager bisa dimainkan dalam versi mobile”
“Apalagi jika dimainkan dengan dirimu pasti akan terasa ringan dan cepat,” aku berusaha membuat Zenfone Max M2 tersipu-sipu dengan pujianku.
“Oke-oke, aku sudah percaya dengan kata-katamu hahaha,” akhirnya aku berhasil membuat tawanya keluar.
“Ah langit sudah mulai gelap, mari kita pulang. Ya sudah, aku akan menggunakanmu segera. lagipula harga yang tersemat padamu sangat tidak mahal jika dibandingkan dengan product value yang aku dapatkan” aku merangkul pundaknya keluar kedai sambil memuji-muji untuk membuat Zenfone Max M2 semakin dekat padaku.
Sepertinya butuh smartphone yang lancar jaya dan performa tinggi
Zenfone MAx M2 jawabannya
Rebutan para gamer berarti si Zen ini.
Tapi memang maret smartphone di segment ini cuup encang persaingannya euy, banya smartphone harga murah searang.