Semarang, Eco Creative City & 3R

Hari Minggu pagi kemarin akhirnya memaksakan diri untuk bangun pagi-pagi. Tidak seperti hari Minggu yang biasanya saya meleyeh-leyehkan diri. Hari itu saya diundang untuk datang ke salah satu workshop Eco Creative City.

Saya kangen dengan kegiatan lingkungan sejak saya berhenti dari pekerjaan community development dulu dan tidak tahu kalau Semarang punya program eco creative city. Oleh karena itu saya memaksakan untuk tidak bermalas-malasan di hari minggu kemarin.

Saya sampai di tempat acara jam 8 lebih sedikit dan ternyata acara belum dimulai. Akhirnya menyempatkan diri ngobrol-ngobrol dengan Mas Archernar Trimulia dari Dulux sebagai pendukung kegiatan eco creative city ini.

Sempat bertanya ke Mas Archenar kenapa Kota Semarang yang dipilih. Kenapa tidak kota-kota lainnya yang ada di Indonesia dari sekian banyak kota di Indonesia. Ternyata karena Badan Lingkungan Hidup (BLH) Semarang sangat antusias dengan program ini.

Ternyata Kota Semarang juga mempunyai program sejuta lubang biopori. Wew, selama ini tidak tahu kalau semarang mempunyai program seperti ini.

Acara workshop dimulai dengan beberapa pembukaan dan langsung dilanjutkan dengan pemaparan Ibu Ratna dari BLH tentang pengelolaan sampah. Materi utama dari paparan Ibu Ratna dalah pengelolaan sampah organik dengan kotak Takakura.

Yang belum tahu soal kotak Takakura. Kotak Takakura adalah sebuah kotak yang diisi dengan bakteri pemakan sampah organik (istilah kerennya inokulan). Biasanya kotak ini sudah siap digunakan untuk menghabiskan sampah organik kita.

Nah biasanya kalau kita habis memasak atau setelah makan sesuatu pastinya sisa makanannya dibuang ke tempat sampah. Dengan adanya kotak takakura ini perlakuannya diubah. Sisa makanan tersebut dimasukkan ke dalam kotak takakura.

Biasanya sisa makanan yang baru selesai kita olah atau kita makan pasti bentuknya tidak membuat kita jijik. Oleh karena itu kotak takakura sangat cocok untuk pengolahan limbah organik rumah tangga.

Inokulan didalam kotak takakura mengganggap sisa makanan yang kita masukkan sebagai makanan mereka. Dengan pemeliharaan dan cara memasukkan limbah organik yang benar dalam sekejab limbah organik tersebut akan menghilang dan menjadi inokulan yang aktif dan siap memakan limbah organik yang masuk ke dalam kotak takakura.

Dalam kegiatan praktek saya sempat sharing banyak dengan bapak-bapak dan ibu-ibu peserta workshop karena saya sewaktu dulu bekerja di BINTARI yang membawa kotak takakura ini ke semarang hihi~ Jadi terpuaskan rasa kangen ngobrol dengan masyarakat tentang pengelolaan sampah ini.

Nah paparan yang kedua tentang Lubang Resapan Bipori yang dibawakan oleh Bapak Wicaksono juga dari BLH. Lubang resapan biopori merupakan alternatif untuk kota yang padat dan kekurangan lahan untuk menyerap air terutama untuk menyerap air hujan.

Selain menciptakan lahan resapan air yang baru, lubang biopori juga berfungsi sebagai komposter. Karena untuk merawat lubang biopori ini kita harus terus memasukkan sampah organik kedalam lubang ini agar makhluk organik seperti cacing terus hidup dan berkembang didalam lubang biopori yang kita ciptakan. Cacing-cacing inilah yang nantinya akan membuat pori-pori didalam tanah dan menambah luas(an) resapan air kita sehingga jumlah air yang bisa diserap akan semakin besar.

Untuk membuat lubang biopori dibutuhkan alat khusus seperti pengebor ala biopori karena bipori butuh kedalaman hingga 1 meter. Dan jarak antar lubang bipori sekitar 1 meter. Tidak boleh terlalu dekat supaya pori-pori yang terbentuk didalam lubang bisa menyerap air dengan sempurna. Jika terlalu dekat malah akan menghancurkan fungsi lubang tersebut.

Sebetulnya didalam siklus workshop ini kelihatan Dulux ingin membawa peserta ke dalam konsep Reuse – Reduce – Recycle (3R). Sisa kaleng cat Dulux bisa dipakai kembali sebagai pelindung permukaan dalam biopori (noozle). Noozle ini berfungsi untuk menjaga bentuk lubang dan supaya air bisa lancar masuk ke dalam sekaligus menjaga permukaan lubang bipori supaya tidak hancur.

Selain itu para peserta mendapatkan totebag yang bisa dipakai untuk berbelanja ketika dipasar (shopping bag) sehingga bisa mengurangi penggunaan sampah plastik.

Yang terakhir tentu saja pengolahan limbah organik rumah tangga dengan menggunakan kotak takakura. Sewaktu praktek saya juga melihat kalau ada kaleng cat Dulux yang dipakai sebagai media pengkomposan takakura.

Untuk teman-teman yang merasa tidak mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan kembali kaleng cat dulux-nya bisa dengan mudah membawa bekas kaleng cat dulux ke beberapa poin di Semarang. Untuk setiap 1 kaleng cat yang diserahkan dulux akan menyumbangkan 1 pohon atau 1 lubang biopori atas namamu atau nama komunitasmu. Menarik khan?

Lokasi pengumpulan kaleng ini bisa ditemukan di:

  • Promos Office: Puspowarno XII/9 Semarang Barat. Tlp (024) 760 8600
  • Radio Imelda FM
  • BEM UNDIP & Universitas Negeri Semarang
  • Sekretariat Karang Taruna : Kec. Banyumanik (Sekretariat), Kec. Candisari (Sekretariat) & Kec. Semarang Selatan

Karena program eco creative city ini akan berlangsung selama 2 bulan kedepan, saya menunggu apa implementasi dari program-program ini di Semarang kedepannya.

Salam hijau !

Informasi mengenai program eco creative city dapat ditemukan di:

By Didut

14 thoughts on “Semarang, Eco Creative City & 3R”
  1. Informasi seperti inilah yang terus bisa memberdayakan blogger lain dan masyarakat awam, sedemikian sehingga perilaku keseharian mereka senantiasa mendukung keramahan lingkungan dan sustanability… tetep semangat dalam menulis yang seperti ini ya… tulisanmu terbaca sampai jauh ke Iraq…

    Ya, Iraq yang masih meledak-ledak itu…

  2. @Sibair : hahaha~ itu mung guyon kok mas 🙂

    @Rusa : akan tetap dipertahankan 🙂

    @Zee : jauhnya itu loh mbak kl mau ngajak Mbak Zee hihi~

    @Alisyah : baiklah 🙂

    @Pralangga : terharu Kang Pralangga selalu mampir ke blog inih ^^

  3. Semoga keberadaan tumbuhan semakin banyak agar negara ini tetap menjadi rujukan udara segar….
    Workshop yang dilakukan sangat membangun, pengen buat pupuk kompos kaya gitu juga…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *