Founding father Sumpah Pemuda seperti Moh. Yamin yang merumuskan Sumpah Pemuda dan mendeklarasikannya pada 28 Oktober 1928 pasti tidak menyangka dunia menjadi sangat digital seperti sekarang ini. Dan memang penggerak didunia maya ini mayoritas digerakkan oleh pemuda (youth).
Kebanyakan pengguna jaringan social media saat ini adalah orang-orang yang berusia remaja hingga sekitar 30 – 35 tahun. Dan karena sebagai salah satu penyedia layanan data internet , XL mempunyai perhatian terhadap perkembangan pengguna internet muda ini sehingga menyelenggarakan perayaan Sumpah Pemuda 2.0 di Jakarta. Saya diundang sebagai salah satu peserta deklarasi Sumpah Pemuda 2.0 ini.
Tujuan Sumpah Pemuda 2.0 salah satunya menurut saya adalah mengingatkan kaum muda untuk tidak lupa akan semangat kepemudaan ditengah kencangnya arus dan gaya hubungan dunia digital saat ini.
Seperti pesan dari Imam Prasodjo (Sosiolog) -yang menurut saya sebuah kritik terhadap gaya hubungan dunia digital saat ini- “Social Media secara digital sosial gaul banget, tetapi secara tatap muka belum tentu“. Pesan yang disampaikan oleh beliau sewaktu talk show Sumpah Pemuda 2.0 ini secara otomatis terbantahkan oleh gerakan-gerakan mahasiswa dan penggiat social media yang bergerak membantu korban bencana alam yang kebetulan menimpa teman-teman kita di Merapi, Mentawai dan Wasior.
Bagaimana dari sebuah 140 karakter dan kata demi kata melalui twitter dapat menyentuh ratusan bahkan ribuan donatur untuk menyumbang untuk membantu korban bencana alam. Tidak hanya 1 atau 2 juta bahkan puluhan jutapun terkumpul melalui tangan mahasiswa-mahasiswa ini. Dan tidak berhenti disitu saja, mereka bahkan bergerak sendiri untuk menyalurkan bantuan yang telah didonasikan.
Mereka sering berkoordinasi melalui twitter sambil memantau kebutuhan setiap posko pengungsi melalui akun @JalinMerapi. Setelah memantau kondisi melalui twitter lalu mereka bergerak sesuai kemampuan yang dapat mereka butuhkan kepada korban-korban pengungsi.
Melihat semangat ini yakinlah bahwa semangat Sumpah Pemuda itu tetaplah ada melalui wujud solidaritas dan kemanusiaan. Bahasa yang mungkin tidak sempurna karena hanya 140 karakter ini bisa membebaskan semangat kemanusiaan ini dari perbedaan, formalitas bahkan birokrasi yang membelenggu hingga semua bisa merasa terikat dengan penderitaan para korban bencana.
Mungkin barisan kata demi kata dari arus waktu di twitter ini belum bisa menandingi kehebatan deklarasi Sumpah Pemuda pada tahun 1928, tetapi setidaknya kata-kata para pemuda ini sudah bisa menyatukan orang Indonesia atas nama kemanusiaan.
Sumber Gambar:
- Olahan sendiri
- Wikipedia
- Blog Slam
- Facebook Ira
sumpah…
saya masih pemuda lho
xixixi
walau lomba tlah berlalu, sy vote di sini aja akh…
smangatnya masih lebay kan ya
@ Luhde: hahahaha~ masih masih …masih lebay LOL
asal jangan disumpahi pemuda 😛 xixixixi