Tiba-tiba ngobrolin mobile payment ada apaan dut?

Ini sebetulnya gara-gara acara Lunch at Newsroomnya CNN kemarin yang temanya merintis bisnis digital. Ada beberapa tamu kemarin dari beberapa pelaku bisnis digital termasuk Mas Andrias dari Ideo Source yang menjadi salah satu capital venture untuk bisnis ini.

Mas Andrias share kalau ada beberapa model start up digital yang sedang menjadi trend kali ini (CNN Lunch at Newsroom). Yang pertama e-commerce, tentu saja banyak perusahaan start up e-commerce yang menjadi bagian dari keseharian kita. Yang kedua fintech atau financial technology. Terutama untuk financial technology berbasiskan smartphone atau mobile,sepengetahuan saya sih belum ada terobosan yang benar-benar banyak digunakan orang saat ini. Driver ojek online yang sedang booming adalah salah satu pelaku karena menggunakan mobile banking walaupun belum sampai fase payment dengan smartphonenya.

Harus diakui di Indonesia jumlah pengguna kartu credit masih kalah jauh dengan pengguna smartphone dan akan menyamai jumlah pengguna kartu debit di tahun 2016 ini (laporan dari emarketer). Ini merupakan kesempatan besar untuk perusahaan start up dalam bidang financial technology karena belum banyak pengembang dalam pasar mobile payment.

Tapi kenapa sih mobile payment? Karena 2 tahun lagi pengguna smartphone yang aktif di Indonesia akan melebihi 100 juta orang. Gila gak tuh pasarnya?

Terus ada berapa dut teknologi mobile payment ini?


Yang paling sering saya lihat sih waktu saya jalan-jalan di Jepang. Banyak orang menggunakan mobile payment dengan teknologi NFC (Near Field Communication). Hambatannya sebetulnya belum semua smartphone di Indonesia mempunyai teknologi NFC. Bentuknya bisa dilihat video  di atas di detik ke 35. Saya menggunakan chip NFC dari Telkomsel, salah satu provider yang saya gunakan. Sayangnya ketika berganti smartphone kartu NFC ini sulit sekali untuk dipindahkan ke smartphone baru.


Yang kedua dan kelihatannya sangat bisa dikembangkan di Indonesia adalah QR payment. Kalau kamu menggunakan whatsapp web pasti aware dengan QR code ini. Simpel kan penggunaannya? Video 40 detik di atas menggambarkan bagaimana mudahnya menggunakan teknologi pembayaran menggunakan QR code ini.

Dari video di atas saya sudah bisa membayangkan bagaimana sebuah pemilik warung padang tinggal mengetik angka yang harus dibayarkan oleh pembeli dan penikmat nasi padang tinggal membuka aplikasi QR paymentnya dan semua beres. Kita tidak usah membawa uang cash dan pemilik warung tidak usah pusing memikirkan kembalian. Cashless!

Pekerjaan rumahnya sebetulnya masih banyak kalau di Indonesia. Bagaimana pemilik aplikasi mobile payment  (bank, perusahaan komunikasi) mengadopsi dan menyebarluaskan QR payment ini ke masyarakat luas. Yang pasti akan ada perubahan sistem di kasir nantinya. Dari yang gesek kartu berubah menjadi mengeluarkan nota dengan QR code.

Jadi mobile payment apa yang pernah kamu gunakan? Share dong via komen ^^

Featured image credit: payworksmobile.com

By Didut

23 thoughts on “Ngobrolin Mobile Payment”
  1. pertamax!
    Beberapa resto sudah mengaplikasikan QR payment di Semarang dan bisa menjadi trend ke depan. Era cashless sudah di ambang mata… Restoran Masakan Padang mungkin bisa segera mengadaptasi tapi entah kalau Warung Padang atau Warung Tegal… (tergantung ownernya, sih..)

      1. Di Jakarta sudah ada kok… (dan akan merambah ke kota2 lainnya). Nama produknya Pay by QR yang dikeluarkan oleh Dimo Pay Indonesia. Mereka baru saja launch. Check out http://www.dimo.co.id

        Cobain deh…seru!

  2. Mmm. Apa ya. Kayaknya cuma apps CGVblitz, itu termasuk mobile payment atau bukan ya? Sekarang sudah sangat terbantu dengan cashless payment di KRL dan Transjak, parkir, belanja di minimarket, dll. Aku akan senang sekali kalo ke depannya bisa lebih banyak melakukan transaksi cashless.

    1. iyo, aku ya seneng tin. Dan harus yang gak ribet seperti di Jepang itu, tinggal tempel aja.

      Kebayang kalo bisa nyimpen saldo via mobile jadi tinggal deketin ke alat bayarnya aja dan beres hihihi~

  3. Kalau soal payment kaya gini kayanya sudah ada “T-cash” dari telhomsel, deh. Sebenarnya cukup praktis, Namun tidak semua tempat belanja bisa melayani. termasuk kalau makan di warung mie ayam atau jajan gas LPG.

    Jadi ingat sama filmnya Justin timberlake “in time”. Mau bayar bus tinggal Scan lengannya, barter dengan waktu hidupnya. ((((HIDUPNYA)))).

    Kalau dengan QR code juga bisa, bisa dijadikan opsi untuk pembayaran selain tunai dan debet.

    Njuk nanti kangen bayar pakai uang tunai, seperti kangen ketika nelpon pakai kartu di telpon umum yg dikasi selotip.

    Slams, bhay!

    1. Betul slam ada T-cash memang tapi selain yang model NFC agak ribet bayarnya hihi~

      Karena kita sering ganti smartphone kan? Pengennya seperti yang bentuknya aplikasi seru kali ya? Tinggal install kalo ganti smartphone.

      #BhaySlam

  4. Untuk Indonesia, saat ini trend yang coba dibangun dan dikembangkan oleh salah satu bank swasta nasional adalah pembayaran dengan menggunakan rekening ponsel. Menarik karena nomor ponsel kita dijadikan nomor rekening bank yang memiliki priviledge transaksi perbankan seperti nomor rekening bank konvensional. Saya sendiri sudah “dipaksa” memilikinya dan mencoba langsung saat membeli tiket sinema beli 1 gratis 1 (trigger yg memberikan benefit pengguna seperti ini yang saya rasa efektif dan diperlukan untuk meningkatkan awareness maupun willingness di masyarakat kita). Hanya saja dari informasi yang beredar pengembangannya terkendala pada adanya regulasi dari pemerintah perihal limit transaksi dan masalah tata kelola penggunaan uang sebagai alat pembayaran yang sah di negara ini. Memang sih yang diperlukan adalah sinergi antara konsumen-stakeholder-government untuk menjalani sebuah start-up.

    1. Kuncinya sebetulnya bekerjasama dengan pemilik uang ya? (baca bank).

      Kalau sudah bisa bekerjasama dengan bank niscaya pasti metode pembayaran seperti ini akan terus meluas ^^

  5. Menurutku sih untuk menuju Indonesia cashless (*halah bahasane*), yang diperlukan sosialisasi menyeluruh serta pola pikir. Dari info ibu-ibu di kantorku masih banyak yang ogah-ogahan pake e-cash atau uang elektronik karena faktor keamanan serta cara mengetahui saldo di e-cash tinggal berapa. Lah pas asyik-asyik belanja, saldonya kurang, trus uang tunai di dompet kosong ditambah ATM lupa dibawa piye jal? Yang ada (namanya ibuk-ibuk) berisik di meja kasir. Solusinya diperlukan notifikasi kepada pengguna e-cash bisa berupa sms/email yang berisi informasi saldo e-cash .

    Dari sisi penjual ini juga menguntungkan, kejadian kalimat “Ada uang kecil mas?” atau “Saya tukarkan dulu mas” bisa berkurang.

    Masalah utamanya penggunaan aplikasi ini adanya sumber listrik di sisi penjual. Kalo pasar kaget di dekat rumahku sumber listriknya dari mana.

    Kalo yg sering aku pake masih sms banking, agak ribet dari segi penggunaan, namun murah dari sisi biaya “admin”.

    Dut, lain kali mbahas biaya admin yak. 😆

    1. hahaha oke ‘ngki. Sakjane memang harus kerjasama sama penyebar uangnya alias bikin aplikasi yang mudah dipakai + well informed.

      Dan target pertama harus mudah dipakai oleh IBU-IBU ! 😀

  6. sebenarnya udah banyak kok mobile payment, mulai dari bank sampe operator telco yang bermain, namun sepertinya kendala siapa yang akan melakukan edukasi ke masyarakat dan bagaimana ketersediaan merchant nya, ibarat di sedian mobil tapi ga di sediain jalannya

    untuk teknologi nfc setahu ku baru digunakan untuk isi ulang e money saja untuk keperluan yang lain paling berbagi file saja

    sekarang lagi iseng coba2 xl tunai, rekening ponsel, dompetku, t-cash,

    1. Soal merchant ini juga jadi isu ya. Kalo di Jakarta minimal tempat belanja dan tempat makan.

      Aku aja yang melek digital baru pake flazz misalnya ya baru-baru ini hihihi

        1. Begitulah, sebelum kolaborasi dengan penyebar distribusi “uang” (baca bank) kelihatannya penyebarannya masih belum masif.

          Di Jepang sistem mobile payment bisa berjalan karena didukung oleh sistem (bank, telco) dan sekaligus kebijakan pemerintahnya.

  7. salah satu penelitianku juga menggunakan mobile payment,jadi tanpa cash manet. ini dibuat untuk pembayaran sks di kampus, yang mana nantinya di ktm (kartu tanda mahasiswa) sudah terintegrasikan dengan bank yang bekerjasama dengan kampus,lalu di ktm terinstall RFD untuk komunikasinya. jadi mahasiswa datang ke bagian admin di kampus, bawa ktm lalu tittttttt proses selesai.

    tapi ya iti,dipastikan di ktm saldonya cukup he3

      1. belum mas,baru sampai tahapan uji coba. terkendala di biaya dan pihak bank yang belum membuka kunci untuk auto transaksi. mungkin ada betulnya juga,karena security nya belum pernah di uji cobakan

  8. So far kalo transaksi masih jadul nih, pake debit atau cc, arena 2 benda tersebut yg paling aman dan bisa kekontrol. Sekali setor ke bank, debit bisa dipakai utk semuanya.

    Pisss…

    1. Minimal sih sebetulnya udah cashless ya yud, target selanjutnya ya cardless soalnya yang megang HP udah lebih banyak dari pada yang megang kartu kredit 😛

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *